www.alfarisaipassa.tk
e-mail: alfarisaipassa@gmail.com

SI PARKIT ( RAJA PAREKET )

Konon pada zaman dahulu, hidup seekor raja burung Parkit beserta rakyatnya, di sebuah hutan di daerah Aceh. Raja dan rakyatnya hidup dalam alam yang tenang dan damai. Rakyatnya makmur dan tekun, seperti rajanya yang selalu memiliki perhatian besar untuk kesejahteraan rakyatnya. Akan tetapi, ketenangan dan kedamaian di antara mereka terganggu, karena kehadiran seorang pemburu. Pada suatu hari pemburu tersebut berhasil menaruh perekat di sekitar sangkar sangkar burung tersebut. Perekat tersebut sengaja dipasang sebagai perangkap sang pemburu dalam mendapatkan burung yang di incar nya.

Maksud sang pemburu mulai memberikan hasil. Banyak burung Parkit yang terjebak dan menempel pada perekat tersebut. Sayap-sayapnya menempel sangat lekat, sehingga mereka kesulitan untuk melepaskan sayap dan badan dari perekat tersebut. Hampir semuanya panik, kecuali si Raja Parkit

Lalu Sang raja berkata, “ Saudaraku, tenanglah ini adalah perekat yang dibuat oleh pemburu. Kalau pemburu itu datang, berpura-pulalah mati. Setelah melepaskan perekat, pemburu itu akan memeriksa kita. Kalau ia mendapatkan kita mati, ia akan membuang kita. Tunggulah sampai  hitungan ke seratus, sebelum kita bersama-sama terbang kembali.” Ungkapan sang Raja Parkit rupanya benar. Keesokan harinya, datanglah pemburu tersebut. Setelah melepaskan perekatnya  ia mengambil hasil tangkapannya. Tetapi, ia sangat kecewa setelah mengetahui bahwa burung- burung tersebut sudah tidak bergerak, di sangkanya sudah mati. Namun pemburu tersebut  jatuh terpeleset, sehingga membuat burung-burung yang ada di tanah terkejut dan terbang Akan tetapi, malang bagi Raja Parkit yang belum terlepas dari perekat, sehingga Raja Parkit  berhasil ditangkap.

Setibanya di rumah sang pemburu, Raja Parkit berusaha mencari akal agar terlepas dari  bahaya. Kemudian ia pun tersenyum senang dan dengan tenang berkata kepada sang pemburu  la meminta pada pemburu itu untuk tidak dibunuh. Sebagai imbalannya ia akan selalu menghibur si pemburu. Hampir tiap hari ia bernyanyi dengan merdu nya. Kabar kemerduan suara burung terdengar sampai ke telinga Baginda Raja.

Baginda Raja menginginkan burung Parkit tersebut. Ini kesempatan baik untuk mendapatkan banyak harta, pikir sang pemburu. Baginda Raja kemudian menukar burung itu dengan harta benda yang sangat banyak. Burung parkit pun pindah tangan. Di istana Baginda Raja, buru Parkit dirawat dengan baik. la diberi sangkar yang sangat bagus, terbuat dari emas. Segi kebutuhannya disediakan, termasuk makanan yang enak-enak. Namun, segala kemewahan dan kelezatan yang dihidangkan tidak membuat burung Parkit merasa kerasan. la selalu ingat hutan Aceh, tempat tinggalnya yang tenang dan damai, dan seluruh rakyat yang mencintainya.

Sang Raja Parkit berpikir keras, bagaiman agar bisa kembali ke kehidupannya di hutan. Suatu hari, ia dapat akal, ia berpura-pura mati. Mengetahui burung kesayangannya mati, Baginda Raja sangat sedih. Raja memerintahkan untuk menguburkan burung itu dengan upacara kebesaran. Saat  yang dinanti-nanti burung Parkit pun datang, ia dikeluarkan dari sangkar emasnya dan di letakkan begitu saja tanpa ikatan. Kesempatan emas bagiku, kata burung Parkit dalam hati. Dengan tidak membuang waktu, ia pun mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi meninggalkan istana Raja ia terbang menuju ke kerimbunan rimba Aceh, hutan belantara yang tenang dan damai, seperti  kehidupan yang selalu diinginkannya dan seluruh rakyat burung Parkit yang setia kepadanya.

Asal cerita dari Aceh Darussalam
welcome. Diberdayakan oleh Blogger.