KRAMAT TUNGGAK
Alkisah, ada dua orang bersaudara bernama Aria
Wiratanudatar dan Aria Prabangsa. Dua bersaudara ini telah menjadi yatim
piatu sejak kecill. Orang tuanya tidak mewariskan harta kepada mereka.
yang masih diingat hanya pesan agar mereka berdua hams tabah, jujur dan
berusaha keras dalam menjalani hidup. Sejak kecil Wiratanudatar dan
Prabangsa mencari kayu di hutan untuk dijual. Pekerjaan itu dilakukan
setiap hari. "Adikku Aria Prabangsa, apa cita-citamu menghadapi masa
datang?" tanya Aria Wiratanudatar kepada adiknya. "Aku ingin menjadi
orang yang berguna bagi orang banyak". jawab adiknya. "Akupun begitu.
"kata Aria Wiratanudatar sambil menarik nafas. Ketika remaja, mereka
berpikir bagaimana caranya mengubah nasib. Mereka sering kali mengkhayal
menjadi raja. "Kakak, hidup kita miskin. Bagaimana kita bisa menjadi
orang yang berguna ?" kata Aria Prabangsa sambil mengikat kayu bakar.
"Sabar dan tabahlah, adik. Suatu saat pasti berubah." jawab Aria Wiratanudatar seraya menyeka keringatnya yang bercucuran.
"Ingin rasanya aku menjadi raja."kata Aria Prabangsa.
"Ah, adikku !"
Selesai
membereskan kayu bakar mereka istirahat. Angin berhembus sepoi-sepoi.
Tanpa sadar keduanya tertidur. Dalam tidur Aria Prabangsa bermimpi
didatangi orang tua berjenggot dan berjubah putih. Orang tua berjenggot
dan berjubah putih itu berkata sambil mengelus rambut Aria Prabangsa.
"Cucuku
Aria Prabangsa, kamu pemuda yang baik. Cita-citamu akan tercapai. Kamu
segera menjadi raja. Tapi kamu harus tabah dan sabar dalam menjadi raja.
Kamu menjadi raja tapi rakyatmu cuma satu yaitu kakakmu sendiri Aria
Wiratanudatar. Jika kamu tidak tabah, kamu akan dikutuk menjadi lebih
miskin dari sekarang."
Dalam tidurnya
Aria Wiratanudatar pun mengalami mimpi yang sama. Dia didatangi orang
tua berjenggot dan berjubah putih. Orang tua berjenggot dan berjubah
putih itu berkata sambil mengelus rambut Aria Wiratanudatar.
"Cucuku
Aria Wiratanudatar kamu pemuda yang baik. Citacitamu akan tercapai,
sebelum cita-citamu tercapai, kamu hams tabah dan sabar menjadi rakyat
dari satu kerajaan. Kamu rakyat satu-satunya dan rajanya adalah adikmu
sendiri, Aria Prabangsa. Semua tugas kerajaan harus engkau jalankan
dengan baik. Jika kamu tidak tabah dan sabar, kamu dan adikmu akan
dikutuk menjadi lebih miskin dari sekarang."
Bermimpi seperti itu membuat keduanya terbangun.
"Kakak, aku bermimpi!" Aria Prabangsa sambil mengucek matanya.
"Aku juga bermimpi, adikku."kata Aria Wiratanudatar.
Lalu
keduanya menceritakan mimpi masing-masing. Keduanya yakin bahwa mimpi
itu pertanda baik. Mereka sepakat dan berjanji akan melaksanakan apa
perintah dalam mimpi itu.
Beberapa waktu kemudian ketika mereka tidur, orang tua berjenggot dan berjubah putih kembali datang.
"Wahai
cucuku, cita-citamu segera terlaksana karena engkau telah sepakat dan
berjanji. Ada hal lain yang harus kalian patuhi. Kalian seolah-olah
tidak saling kenal. Jika diantara kalian jatuh miskin, tidak boleh
diberi bantuan."
Sehabis berkata
begitu, orang tua berjenggot dan berjubah putih menghilang. Aneh bin
ajaib ketika terbangun Aria Prabangsa mendapati dirinya berada di
mahligai kerajaan dengan pakaian indah laksana seorang raja. Di
hadapannya ada seorang hamba sahaya yang sudahsiap dengan air mawar
untuk mencuci mukanya. Lebih terkejut lagi karena hamba sahaya itu
adalah kakaknya, Aria Wiratanudatar.
Aria
Prabangsa benar-benar telah menjadi raja. Aria Wiratanudatar menjadi
hamba sahaya yang bertugas melayani Aria Prabangsa. Semua kebutuhan raja
disiapkan. Semua perintah raja dilaksanakan dengan baik. sebenarnya
Aria Prabangsa merasa sangat sedih melihat keadaan kakaknya. Namun semua
perasaannya dipendam karena sudah berjanji.
Aria
Wiratanudatar sebenarnya ingin berontak. Betapa tidak ? Karena tiap
hari dia harus melayani adiknya sendiri. Aria Wiratanudatar merasa
terhina. Hidupnya terasa getir dan sengsara. Namun perasaan ingin
memberontak dipendam karena sudah berjanji menjalankan perannya sesuai
perintah dalam mimpi.
Demikianlah
Aria Prabangsa dan Aria Wiratanudatar bertahun-tahun tinggal dalam
kerajaan itu. Aria Prabangsa tetap menjadi seorang raja. Aria
Wiratanudatar tetap tabah menjadi rakyat. Berbagai godaan mereka alami,
tetapi semua dapat diatasi dengan tabah dan sabar.
Suatu hari Aria Wiratanudatar menyampaikan keinginannya di hadapan raja.
"Ampun beribu-ribu ampun tuanku, hamba ingin mengatakan sesuatu. "kata Aria Wiratanudatar.
"Katakanlah !" jawab Aria Prabangsa.
"Wahai
raja yang mulia, sudah bertahun-tahun hamba mengabdi di kerajaan ini.
Izinkanlah hamba meninggalkan kerajaan ini untuk mencoba penghidupan
baru." kata Aria Wiratanudatar sambil menundukkan kepala.
Mendengar
ucapan Aria Wiratanudatar, hati Aria Prabangsa bagai disayat sembilu.
Namun karena dalam perjanjian diantara mereka tidak saling kenal, maka
Aria Prabangsa tidak punya pilihan lain. Kesedihan dan air matanya
disembunyikan.
"Pergilah kemana engkau kehendaki." perintah Aria Prabangsa kepada Aria Wiratanudatar.
Pergilah
Aria Wiratanudatar dari kerajaan yang megah itu. Ia berkelana dari satu
tempat ke lain tempat. Masuk hutan keluar hutan.
Naik gunung turun gunung. Karena waktu keluar dari kerajaan tidak diizinkan membawa perbekalan, Aria Wiratanudatar benar-benar menjadi orang yang sangat miskin. Badannya kurus. wajahnya mulai keriput. Kulitnya hitam terbakar matahari.
Naik gunung turun gunung. Karena waktu keluar dari kerajaan tidak diizinkan membawa perbekalan, Aria Wiratanudatar benar-benar menjadi orang yang sangat miskin. Badannya kurus. wajahnya mulai keriput. Kulitnya hitam terbakar matahari.
Sepeninggal Aria
Wiratanudatar, Aria Prabangsa hidup sendiri di kerajaan yang luas.
Hatinya pun sedih berpisah dengan kakaknya. Suatu hari Aria Prabangsa
mendengar kabar bahwa kakaknya sudah sangat miskin dan menderita. Timbul
keinginannya membantu Aria Wiratanudatar. Tapi segera pula Aria
Prabangsa ingat janjinya bahwa tidak boleh membantu kakaknya yang
miskin. Maka keinginan untuk menolong ditahan. Walaupun begitu Aria
Prabangsa menyempatkan diri ke luar istana mencari tahu keadaan Aria
Wiratanudatar.
Dalam pengembaraannya,
Aria Wiratanudatar sampai di suatu daerah yang subur. Di daerah itu
tubuh macam-macam pohon yang sedang berbuah. Aria Wiratanudatar gembira.
Ia berpikir tempat itu cukup baik jika dijadikan tempat tinggal.
Segera
saja ia menebang beberapa pohon tua yang tidak berbuah untuk dijadikan
bahan mendirikan rumah. Lokasi tempat mendirikan rumah sudah
dibersihkan. Pembangunan rumah sudah siap. Namun tiba-tiba muncul Aria
Prabangsa.
"Hai hamba sahaya, apa yang kau kerjakan ?" tanya Aria Prabangsa.
"Ampun beribu-ribu ampun, hamba ingin mendirikan rumah dan membuka perkampungan di sini. "jawab Aria Wiratanudatar menunduk.
"Apa ? Kau ingin mendirikan rumah di sini ?" tanya Aria Prabangsa dengan nada membentak.
"Benar, tuanku." jawab Aria Wiratanudatar.
"Engkau
tidak kuizinkan mendirikan rumah di sini ! Bahkan sekadar beristirahat
pun tidak kuizinkan. sebaiknya tinggalkan tempat ini sekarang juga!"
begitu perintah Aria Prabangsa dengan kejam. Sebenarnya hati Ari
Prabangsa ingin sekali menolong kakaknya. Namun ia sudah janji untuk
tidak menolong dan tidak mengenal kakaknya. Ini dilakukan agar
cita-citanya tercapai seperti dijanjikan orang tua berjenggot dan
berjubah putih dalam mimpi.
Mendengar
perkataan Aria Prabangsa, Aria Wiratanudatar lemas dan jatuh duduk. Ia
menangis. Walau dengan hati yang hancur, Aria Wiratanudatar menuruti
perintah Aria Prabangsa. Ia membatalkan niatnya dan bersiap pergi
berkelana lagi.
"Sebelum hamba pergi, izinkan hamba menancapkan tunggak di tanah ini. "kata Aria Wiratanudatar sambil menyembah.
Aria Prabangsa berpikir sejenak. Sebelum Aria Prabangsa berkata, Aria Wiratanudatar meneruskan kata-katanya.
"Hamba
ingin meninggalkan tunggak ini sebagai kenang-kenangan. Biarlah tunggak
ini menjadi bukti bahwa hamba pernah bertemu dan kenal dengan man yang
mulia."
Aria Prabangsa merasa ditekan dan tidak punya pilihan. Diizinkanlah Aria Wiratanudatar menancapkan tunggak.
Setelah tunggak itu ditancapkan, seketika itu juga Aria Wiratanudatar sedang duduk di singgasana kerajaan dikelilingi rakyat.
Dengan
perantaraan tunggak, Aria Wiratanudatar berubah menjadi raja. Aria
Wiratanudatar dan Aria Prabangsa menjadi raja. Cita-cita mereka
tercapai. Mereka menjadi manusia yang berguna. Daerah tempat tunggak
ditancapkan dikenal dengan Kramat Tunggak. Sampai kini kampung Kramat
Tunggak masih ada.
SUMBER : http://www.jakarta.go.id/web/news/category/cerita-rakyat-betawi/
SUMBER : http://www.jakarta.go.id/web/news/category/cerita-rakyat-betawi/